Skip links
Artikel

Segudang Tradisi yang Ada di Kota Madiun

Tak kalah dengan daerah yang lain, Kota Madiun juga memiliki segudang tradisi yang masih rutin dilaksanakan oleh masyarakat setempat. tradisi-tradisi yang ada merupakan produk budaya dari masa kerajaan hindu hingga kejayaan islam yang juga menjadi cikal bakal berdirinya Madiun. Penasaran apa saja? Berikut ulasannya

1. Ruwatan Bumi

Ruwatan bumi merupakan acara tradisi yang diawali dengan kirab gunungan. Gunungan ini berisi berbagai hasil bumi dan jajanan pasar. Ketika malam hari menjelang, masyarakat melanjutkan tradisi dengan pagelaran wayang yang juga diawali dengan doa dari para sesepuh desa.
Tradisi yang biasa diselenggarakan di Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo ini diadakan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, ruwatan bumi juga menjadi bentuk penghormatan kepada para nenek moyang. Pun, juga sebagai bentuk sedekah hasil bumi agar terhindar dari bahaya atau malapetaka.

2. Suro Agung

Bulan Suro atau Muharram dalam kalender Islam ini sangat khas dengan masyarakat Madiun. Setiap tanggal 1 Suro, masyarakat menggelar acara larung saji. Larung saji berupa sesaji atau sedekah bumi ini dilarung ke Sungai Bengawan Madiun.
Sebelum mengadakan larung saji, masyarakat biasanya mengawali dengan kegiatan bersih desa. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan nikmat dan berkah kepada mereka. Selain bersih desa dan larung saji, masyarakat juga melakukan ziarah ke makam para leluhur di daerah setempat.

3. Megengan

Tradisi megengan identik dengan datangnya bulan Ramadan. Megengan merupakan tradisi sebagai wujud menyambut datangnya bulan penuh berkah tersebut. Sebelum berpuasa, masyarakat melakukan ziarah ke makam para leluhur. Setelah berziarah, masyarakat berkumpul untuk melaksanakan selamatan megengan.
Selepas megengan, masyarakat melakukan ibadah sholat isya dan tarawih bersama. Biasanya, selamatan pun diadakan di masjid daerah setempat.
Bagi masyarakat Madiun, megengan menjadi salah satu tradisi yang wajib dilaksanakan menjelang bulan Ramadan. Ketika selamatan megengan, masyarakat menyiapkan nasi ambeng (nasi putih dengan lauk), apem, dan pisang raja. Setelah dilaksanakan doa bersama, nasi tersebut disantap bersama-sama.

4. Nyadran

Tradisi nyadran hampir mirip dengan megengan. Nyadran dilakukan dengan berziarah, nyekar, atau mengunjungi makam leluhur. Perbedaannya, makam leluhur yang dikunjungi tidak sembarangan.
Nyadran biasa dilakukan ketika bulan Ruwah atau bulan Sya’ban. Tak hanya berziarah, masyarakat juga membersihkan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan. Kegiatan ini biasa disebut besik.
Semenjak hadirnya Hindu-Buddha di tanah Madiun, tradisi ini telah dilakukan. Ketika Islam datang, tradisi ini mengalami beberapa perubahan dengan menyelaraskannya dengan ajaran Islam seperti pembacaan Al-Qur’an, tahlil, serta doa.

This website uses cookies to improve your web experience.